Sabtu, 15 Maret 2008

Kenapa kita tidak disiplin berlalu lintas?

Kadang saya merasa gondok dan geregetan melihat ulah beberapa pengguna jalan di Bali ini. Disiplin kita dalam berlalu lintas sangatlah rendah. Berikut ini beberapa contohnya:

- Di persimpangan By Pass Ngurah Rai-Supratman-Gatot Subroto (simpang Tohpati), sering kali saya lihat pengendara sepeda motor dari arah Supratman pada saat lampu traffic light menyala merah (dari arah barat) tidak mau berhenti. Melainkan mereka belok kiri dan kemudian lewat di sela-sela kendaraan dan kemudian melaju belok kiri lagi ke arah Gianyar. Memang tidak menimbulkan kecelakaan, namun sangat berbahaya dan sangat tidak tertib. Kejadian serupa banyak saya lihat di beberapa persimpangan lain di Denpasar. Dan parahnya lagi, hal ini tidak hanya dilakukan pengendara sepeda motor, melainkan pengemudi mobil juga.

- Banyak sekali pengendara sepeda motor menggunakan jalur cepat (sebelah kanan). Apa mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu.

- Di setiap traffic light, selalu terjadi penumpukan kendaraan hingga meluber sampai jalur kanan (terutama sepeda motor) sehingga menghalangi lalu lintas dari depan yang mendapat giliran lewat. Wajar saja kalau macet kadinya.

- Pasti anda pernah melihat penumpang mobil yang membuang sampah di jalan. Apakah itu hanya berupa kantong plastik, kulit permen bahkan canang sari bekas. Hehehehe... semoga tidak kena yang di belakang. Suatu hari saat berhenti menunggu lampu hijau di kawasan Sanur saya melihat mobil mewah di samping saya. Tiba-tiba kaca mobil di bagian kiri depan dibuka pelan. Seorang anak kecil dengan seragam SD swasta yang bagus tanpa merasa bersalah membuang kotak makan paginya begitu saja. Mungkinkan ini karena bapak atau ibunya tidak ada waktu untuk mengajari prilaku yang baik? Hanya Tuhan yang tahu.

- Dan banyak lagi deh.....

Kenapa ini bisa terjadi? Menurut saya ini karena tidak adanya ketegasan dari aparat dalam menertibkan. Kok dibiarkan saja pelanggaran-pelanggaran itu terjadi. Semakin lama masyarakat yang berprilaku begitu akan merasa tidak ada yang salah dengan kebiasaannya. Penyebab kedua adalah rendahnya kesadaran masyarakat. Kesibukan dan persaingan yang semakin meningkat membuat orang tidak peduli lagi dengan orang lain. Semua memikirkan kepentingan masing-masing.

Sampai kapankah kita begini? Inikah penyebab keterpurukan kita di segala segi?

1 komentar:

Nyoman Purnaya mengatakan...

hueheheheee....Bali sudah mulai seperti Jakarta yah...maklum Indonesia semakin maju dan banyak yang berpendidikan tidak mengerti untuk apa mereka di-didik.